Have an account?

Selasa, 17 Mei 2011

APBN Anggaran Surplus


APBN Anggaran Surplus


         Departemen Keuangan (Depkeu) mencatat, total surplus anggaran pemerintah pada kuartal 1-2009 mencapai sekitar Rp 57 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk belanja negara dan program stimulus infrastruktur yang segera berjalan. Surplus anggaran itu terdiri atas surplus dari APBN pada tiga bulan | pertama 2009 sehilai Rp 2,9 triliun. Selain itu, dari penerbitan obligasi neto ditambah pinjaman program (program loan) dan lainnya Rp 54 triliun.
        Total surplus itu merupakan posisi outstanding. Itu pun akan segera dipakai dalam alokasi belanja negara, terutama program stimulus fiskal." kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan (Depkeu) Anggito Abimanyu di Jakarta, Senin (20/4).
        Anggito optimistis, dana surplus Rp 57 tribun bakal cepat terserap terutama pada kuartal 11-2008, seiring realisasi proyek-proyek APBN dan program stimulus fiskal untuk infrastruktur.
        Dia juga menjelaskan, saat ini, posisi aliran modal masuk (capital inflow) ke dalam negeri cukup positif. Hingga Maret 2009, terjadi capital inflow, baik dalam bentuk portofolio maupun investasi langsung. Namun, Depkeu belum dapat menyampaikan angka pastinya karena masih harus diverifikasi.
      Tentang jelas dana dari Qatar Telecomunication (Qtel) yang tender offer uangnya sekitar US$ 800 juta sudah masuk ke Bank Indonesia (BO dan para investor. Daia global bond juga sudah masuk. Tapi, belum termasuk sukuk global sehingga bisa lebih besar lagi," papar dia.
     Adanya surplus anggaran tersebut, menurut Anggito, membuat pemerintah belum menarik fasilitas pinjaman siaga atau deferred drawdown option (DDO). "Sebab, Indonesia masih memiliki operasi APBN yang positif," ucap dia.
    Anggito menambahkan, komitmen pinjaman siaga RI dari lembaga bilateral dan multilateral saat ini mencapai US$ 5,5 miliar. Bank Pembangunan Asia (ADB), kata dia, April ini memberikan keputusan di tingkat board terkait pinjaman siaga ke Indonesia. "Untuk Jepang tinggal kapan kami mau masuk pasarnya untuk Samurai Bond. Kami perkirakan semester 1-2009 akhir. Dari Australia masih menunggu persetujuan parlemen. Tapi, itu segera tersedia tinggal soal triggers kapan mau diambil," tutur dia.
     Terkait pengajuan Rancangan APBN Perubahan (RAPBN-P) 2009 ke DPR, menurut Anggito, pemerintah belum menentukan besaran asumsi makronya. Berdasarkan hasil rapat pimpinan (rapim) pejabat Depkeu beberapa waktu lalu, pemerintah melihat kondisi APBN masih sehat
     "Demikian juga dengan kondisi neraca pembayaran (balance ofpayment/hOP), sehingga neraca perdagangan dan capitalaccvuntmastt surplus dan positif," kata Anggito.

Dana Tidur di BI

     Secara terpisah, Direktur Danareksa Research Institute (DRI) Purbaya Yudhi Sadewa menilai adanya surplus anggaran kuartal 1-2008 menunjukkan pemerintah lamban mengimplementasikan kebijakan yang mendorong permintaan domestik.
     Kondisi itu diperparah oleh besarnya dana pemerintah yang diparkir di Bank Indonesia (BI). Hingga akhir Maret 2009, kata Purbaya, terdapat sekitar Rp 172 triliun dana pemerintah yang ditidurkan di BI.
     "Padahal, hingga akhir Desember 2008, rekening itu hanya sekitar Rp 95 triliun. Artinya, dalam waktu tiga bulan terdapat sekitar Rp 80 triliun uang pemerintah di BI, sehingga mengakibatkan terjadinya kekeringan likuiditas dan berimplikasi pada sulitnya perbankan menurunkan bunga kredit," papar dia
     Purbaya mengingatkan, jika pemerintah tidak segera menggelontorkan dana tidur di rekening BI maupun dana hasil surplus anggaran, pertumbuhan ekonomi triwulan IH-2009 akan jatuh cukup dalam. "Bahkan, hampir bisa dipastikan pertumbuhannya akan negatif," kata dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar